PEMIKIRAN PENDIDIKAN MAHMUD YUNUS
A. Pendahuluan
Dewasa ini,banyak pemikir-pemikir pendidikan baru yang bermunculan dengan mengungkapkan pola alur fikiranya masing-masing sesuai dengan latar belakang pendidikan lingkungan dimana mereka bersoalisasi. Meskipun demikian, kita tidak boleh terlena dengan hal-hal yang baru, karena munculnya ilmwuan-ilmuwan baru pada zaman globalisasi ini tidak terlepas dengan kinerja tokoh-tokoh pendidikan yang telah terdahulu.
Untuk, itu kita semetinya harus banyak berterimakasih kepada para tokoh pendidikan kita yang telah memberikan sumbangsih dan kotribusi yang amat besar bagi kemajuan kependidikan saat sekarang ini. Caranya kita berterimakasih mereka adalah dengan mengkaji ulang atau membahas kembali, bagaimana perjuangan mereka dulu saat melakukan gerakan-gerakan pembaharuan pendidikan. Dengan demikian akan dapat membangkitkan semangat kita untuk belajar dan menggali ilmu pengetahuan yang setinggi-tingginya, untuk melanjutkan perjuangan mereka terdahulu.
Dalam kesempatan ini, pemakalah akan mencoba membahasdan mengulas sedikit tentang sejarah pemikiran pendidikan “Muhammad Yunus”. Seorang tokoh pendidikanyang sangat besar pengaruhnya bagi perkembangan pendidikan zaman sekarang. Dalam makalah ini yang dibahas adalah mengenai : Riwayat hidup tokoh, latar belakang pemikiran pendidikan, baik secara internal maupun secara eksternal, deskripsi pemikiran serta yang terakhir adalah kekuatan dan kelemahan pemikiran pendidikanya.
Untuk itu, kami sebagai pemakalah sangat menyadari ketebatasan pengetahuan dan pengalaman tentang hal ini, mak kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun, demi kelengkapan isi dari makalah ini.
B. Pembahasan
1. Riwayat Hidup Mahmud Yunus
a. Keluarga
Mahmud Yunus, diretur normal islam, dilahirkan hari Sabtu tanggal 10 Februari 1899, bertepatan dengan 30 Ramadhan 1316 H di Sungayung Batu sangkar, sekitar 120 dari Padang Ibukota Pripinsi Sumatera Barat. Usia beliau lebih muda 11 tahun dari Syekh H. Abdul Ahmad.[1]Ayahnya bernama yunus bin incek yang terkenal dengan orang yang sangat jujur dan menjadi imam Mesjid di sungayung. Ibunya bernama Hafsah binti Muhammad Thahir (Imam Samiun) putra seorang ulama besar disungayung Batusangkar yang bernama Muhammad Ali gelag angku Kolok.[2]
b. Pendidikan
Pendidikan Mahmud Yunus berasal mempelajari Al-Quran dan bahasa Arab yang ia tempuh semenjak berusia tujuh tahun disurau kakeknya M. Thahir. Setelah selesai belajar mengaji dan menghafal Al-Qur’an, Mahmud Yunus langsung membantu kakeknya mengajarkan Al-Qur’an sebagai guru Bantu. Disamping itu dia memasuki sekolah rakyat, tapi hanya sampai kelas tiga. Di kelas tiga mahmud Yunus menjadi murid yang terbaik dan diangkat menjadi kelas empat. Materi yang dipelajari di sekolah desa beliau menulis, berhitung dan membaca, dengan bahasa pengantar bahasa Melayu.
Mahmud Yunus merasa bosan belajar disekolah Desa, karena pelajaranya sering diulang-ulang. Akhirnya dia pindah ke madarasah yang dipinpin oleh syekh H. Muhammad Thalib disurau Tanjung Pauh. Berkat ketekunanya, dalam waktu empat tahun, Mahmud Yunus telah sanggup mengajarkan kitab-kitab Mahlli, Afiyah dan Jamu’al-Jawani. Oleh sebab itu, ketika Syekh Mohammad Thalib Umar jatuh sakit dan berhenti mengajar, maka yang ditunjuk mengentikanya adalah Mahmud Yunus sendiri.[3] Mahmud Yunus menunaikan ibadah haji tahun 1923, kemudian terus kemesir atas dorongan putra Minangkabau yang belajar da al- Azhar. Maka Mahmud Yunus memutuskan belajar di al-Azhar. Setelah tamat dari itu, Mahmud Yunus bermaksud dan berkeinginan untuk belajar di Darul Ulum, lembaga pendidikan Islam yang sangat terkenal di Mesir pada saat itu. Darul Ulum disamping memberikan pengetahuan umum juga pengetahuan agama.
Mahmud Yunus sangat terkesan dengan system pindidikan di Darul Ulum. Setelah ia tamat dari pada tahun 1930, ia kembali ke kampungnya pada tahun 1931. Ia mulai mengajar di Jamiah al-Islamiyah Sungayung dan sekaligus juga memimpin Normal Islam Padang. Disinilah semua pengalamanya diaplikasinya selama ia belajar di Darul Ulum
c. Karir dan Organisaasi
Berawal dair kepercayaan dan harapan H.M. Thalib umar terhadap muridnya brilyan itu Mahmud Yunus cukup besar. Pernyataan ini tidak berlebihan, sebab kepercayaan Muhammad Thalib mengutus Mahmud Yunus mewakilinya untuk menghadiri pertemuan akbar yang diakuti oleh alim ulama seluruh Minang Kabau. Rapat akbar itu membicarakan tentang keinginan untuk mendirikan persatuan Guru Agama Islam (PGAI). Hal ini merupakan indikator, bahwa Mahmud Yunus dapat bersama membicarakanya kepentigan-kepentigan Umat Islam ditengah para intelektua Islam senior dalam waktu itu.
Keikutsertaannya dalam Rapat Alim Ulama Minangkabau di Padangpanjang pada tahun 1919 menjadi pajakan awal pemantapan dirinya untuk mengerahkan potensi, gagasan dan perjuangannya dalam bidang pendidikan Islam. Rapat ini menghasilkan keputusan antara lain mendirikan Persatuan Guru-Guru Agama Islam (PGAI) yang kemudian menjadi salah satu tonggak episode perkembangan pendidikan Islam modern di Sumatera Barat yang mempelihatkan komitmen yang jelas dari langkah organisasi ini dalam bidang pendidikan Islam. Gagasan-gagasan pembaharuan materi ajar, kurikulum hingga metode pengajaran pada lembaga pendidikan tersebut adalah buah dari kesungguhan intelektual Mahmud Yunus dalam mengabdikan diri dalam bidang pendidikan Islam.
Pada tahun 1919 Mahmud Yunus bersama-sama guru madrasah school membentuk perkumpulan Sumatera Thawalib. Diantara kegiatan yang dilakukan perkumpulan sumatera Thawalib Sungayung adalah menerbitkan majalah Al-Basyir, 1920 dengan pimpinan redaksi (rais terhrir) Mahmud Yunus. Interaksi yang kian intens dengan gerakan pembaru, mendorongnya untuk menimba pengetahuan lebih jauh di Mesir. Tidak muda untuk mewujudkan hasratnya itu, berbagai tantangan dan kendala dihadapinya. Namun karena kegigihan Mahmud Yunus akhirnya dapat melewatinya.
Salah satu kepeloporan Mahmud Yunus yang hingga saat ini hampir-hampir dilupakan oleh sejarah adalah usaha yang dilakukannya untuk menempatkan mata pelajaran agama Islam dalam kurikulum pendidikan di sekolah-sekolah pemerintah. Di masa pemerintahan Jepang, tepatnya pada tahun 1943 Mahmud Yunus terpilih mewakili Majlis Islam Tinggi (MIT) sebagai penasehat Residen (Syu-Cho-Kan) di Padang. Pada waktu residen Yano Kenzo berniat mendirikan Gyu Gun (Lasykar Rakyat), Mahmud pun termasuk salah seorang tokoh yang diharapkan dapat merekrut keanggotaan Gyu Gun, disamping tokoh lainnya seperti Ahmad Dt. Simarajo dan Khatib Sulaiman. Kedekatan Mahmud Yunus dengan pemerintahan inilah yang kemudian dia manfaatkan untuk merealisasikan obsesi nya. Ia mengusulkan kepada pemerintah agar pendidikan agama Islam diberikan di sekolah-sekolah pemerintah. Usulan Mahmud ini dapat dipertimbangkan oleh Jepang untuk diterima. Sejak saat itu pelajaran agama Islam diberikan di sekolah-sekolah pemerintah pada waktu itu dan sekaligus Mahmud Yunus diangkat menjadi pengawas pendidikan agama pada pemerintahan Jepang. Pada waktu yang bersamaan ia juga memimpin Normal Islam di Padang.
Upaya untuk memasukkan mata pelajaran agama Islam ke dalam kurikulum pendidikan umum (pemerintah) juga dilakukan oleh Mahmud Yunus setelah kemerdekaan. Mahmud sendiri yang menyusun kurikulum serta buku-buku pegangan untuk keperluan pengajarannya. Buku-buku tersebut kemudian diterbitkan oleh Jawatan Pengajaran Sumatera Barat pada tahun 1946. Pada waktu Mahmud Yunus dipindahtugaskan ke Pematang Siantar sebagai Kepala Kepala bagian Agama Islam pada Jawatan Agama Propinsi Sumatera, bersamaan dengan itu pula pindahnya ibukota Propinsi Sumatera ke kota itu.
Dengan demikian pendidikan Islam masuk secara resmi dalam rencana pengajaran seskolah-sekolah negeri di Sumatera pada tahun 1947. Sementara do Sumatera Barat telah berjalan setahun sebelumnya. Untuk merealisasikan rencana tersebut, Jabatan Pengajaran melaksanakan kursus untuk guru-guru agama di Pematang Siantar selama sebulan penuh. Kursus ini dikuti oleh utusan kabupaten dari seluruh Sumatera dan sebagai pimpinan kursus dipercayakan oleh Mahmud Yunus.
Pada tahun 1948, Mahmud membuat rencana baru tentang pelajaran agama untuk sekolah umum tingkat pertama. Pada waktu pemerintah Republik Indonesia Serikat berpusat di Jakarta (1950), mulai diadakan kesatuan rencana pendidikan Islam untuk seluruh Indonesia. Pada tahun 1950 Mahmud pindah ke Kementerian Agama RIS di Jakarta.
Di masa Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) Mahmud Yunus mengemuka-kan pula rencana mendirikan Madrasah Tsanawiyyah untuk seluruh Sumatera. Pada tanggal 1 September 1950 Mahmud diangkat menjadi Kepala Penghubung antara pusat Kementerian Agama RIS dan pusat Kementerian RI Yogyakarta. Dalam jabatan inilah Mahmud lebih banyak berhasil mengajukan rencana-rencana pendidikan agama Islam, seperti dikemukakan pada uraian terdahulu. Disamping itu keluarnya peraturan bersama Menteri PP & K dan Menteri Agama tentang PTAIN (1951) dan keluarnya keputusan Menteri PP & K dengan persetujuan Menteri Agama tentang penghargaan ijazah-ijazah madrasah, adalah merupakan rangkaian usaha Mahmud selama memegang jabatan tersebut yang telah membawa prospek lebih baik bagi pendidikan agama di Indonesia pada umumnya. Didirikannya Institut Agama Islam Negeri (IAIN) juga tidak dapat dipisahkan dari usaha yang dilakukan oleh Mahmud Yunus.
2. Karya-Karyanya
Mahmud Yunus di masa hidupnya dikenal sebagai seorang pengarang yang produktif. Aktivitasnya dalam melahirkan karya tulis tak kalah penting dari aktivitasnya dalam lapangan pendidikan. Popularitas Mahmud lebih banyak dikenal lewat karangan-karangannya, karena buku-bukunya tersebar di setiap jenjang pendidikan khususnya di Indonesia. Kesibukan Mahmud Yunus dalam mengelola dan mengajar di Normal Islam dan sekolah Ilmu Tinggi, tidak mengurangi waktunya untuk menulis beberapa buku yang bermutu. Karya tulis yang dihasilkanya 63 buah (49 buah buku berbahsa Indonesia dan 27 buah berbahasa Arab), dalam bidang Ilmu Agama, ilmu pendidikan dan bahasa Arab.
Adapun karya-karyanya adalah buku-buku : (dengan urutan : Judul, tahun terbit, Penerbit, dan tempat terbit) sebagai berikut :[4]
a. Bidang Pendidikan : (6 karya)
1) Pengetahuan Umum dan Ilmu Mendidik, (tidak teridentifikasi lengkap)
2) Metodik Khusus Pendidikan Agama, 1980, Hidakarya Agung , Jakarta
3) Pengembangan Pendidikan Islam di Indonesia (tidak teridentifikasi lengkap)
4) Pokok-Pokok Pendidikan dan Pengajaran, 1978, Hidakarya Agung, Jakarta.
5) At-Tarbiyyah wa at-Ta’lim, (tidak teridentifikasi lengkap)
6) Pendidikan di Negara-Negara Islam dan Intisari Pendidikan Barat, 1968, Al-Hidayah Jakarta
b. Bidang Bahasa Arab : (15 karya)
1) Pelajaran Bahasa Arab I (tidak teridentifikasi lengkap)
2) Pelajaran Bahasa Arab II (tidak teridentifikasi lengkap)
3) Pelajaran Bahasa Arab III (tidak teridentifikasi lengkap)
4) Pelajaran Bahasa Arab IV (tidak teridentifikasi lengkap)
5) Durusu al-Lughah al-‘Arabiyyah ‘Ala Thariqati al-Haditsah I, tt. CV Al-Hidayah, Jakarta
6) Durusu al-Lughah al-‘Arabiyyah ‘Ala Thariqati al-Haditsah II, tt. CV Al-Hidayah, Jakarta
7) Metodik Khusus Bahasa Arab, tt, CV. Al-Hidayah
8) Kamus Arab Indonesia, 1973, Yayasan Penyelenggara Penterjemah/ Pentafsir Al-Quran, Jakarta
9) Contoh Tulisan Arab (tidak teridentifikasi lengkap)
a) Muthala’ah wa al-Mahfuzhaat, (tidak teridentifikasi lengkap)
b) Durusu al-Lughah al-‘Arabiyyah I, 1980, PT. Hidakarya Agung Jakarta
c) Durusu al-Lughah al-‘Arabiyyah II, 1980, PT. Hidakarya Agung Jakarta
d) Durusu al-Lughah al-‘Arabiyyah III, 1981, PT. Hidakarya Agung Jakarta
e) Muhadatsah al-‘Arabiyyah (tidak teridentifikasi lengkap)
f) Al-Mukhtaraat li al-Muthala’ah wa al-Mahfuzhhat (tidak teridentifikasi lengkap)
c. Bidang Fiqh : (17 karya)
1) Marilah Sembahyang I, 1979, PT Hidakarya Agung, Jakarta
2) Marilah Sembahyang II, 1979, PT Hidakarya Agung, Jakarta
3) Marilah Sembahyang III, 1979, PT Hidakarya Agung, Jakarta
4) Marilah Sembahyang IV, 1979, PT Hidakarya Agung, Jakarta
5) Puasa dan Zakat, 1979, PT Hidakarya Agung, Jakarta
6) Haji ke Mekkah, 1979, PT Hidakarya Agung, Jakarta
7) HukumWarisan dalam Islam, 1974, CV. Al-Hidayah Jakarta
8) Hukum Perkawinan dalam Islam, 1979, PT, Hidakarya Agung, Jakarta
9) Pelajaran Sembahyang untuk Orang Dewasa, 1980, PT. Hidakarya Agung, Jakarta
10) Manasik Haji untuk Orang Dewasa (tidak teridentifikasi lengkap)
11) Soal Jawab Hukum Islam (tidak teridentifikasi lengkap)
12) Al-Fiqhu al-Wadhih, juz. 1, 1935, PT Hidakarya Agung, Jakarta
13) Al-Fiqhu al-Wadhih, juz. 2, 1936, PT Hidakarya Agung, Jakarta
14) Al-Fiqhu al-Wadhih, juz. 3, 1937, PT Hidakarya Agung, Jakarta
15) Mabadi`u Fiqhu al-Wadhih (tidak teridentifikasi lengkap)
16) Fiqhu al-Wadhih An-Nawawy (tidak teridentifikasi lengkap)
17) Al-Masailu al-Fiqhiyyah ‘Ala Mazahibu al-Arba’ah (tidak teridentifikasi lengkap)
d. Bidang Tafsir : (15 karya)
1) Tafsir Al-Qur`an Al-Karim (30 juz), (tidak teridentifikasi lengkap)
2) Tafsir Al-Fatihah, 1971, Sa’adiyah Putra, Padang Panjang – Jakarta
3) Tafsir Ayat Akhlak, 1975, CV. Al-Hidayah, Jakarta
4) Juz ‘Amma dan Terjemahannya, 1978, PT. Hidakarya Agung, Jakarta
5) Tafsir Al-Qur`an Juz 1 – 10 (tidak teridentifikasi lengkap)
6) Pelajaran Huruf Al-Qur`an 1973 (tidak teridentifikasi lengkap)
7) Kesimpulan Isi Al-Qur`an
8) Alif Ba Ta wa Juz ‘Amma (tidak teridentifikasi lengkap)
9) Muhadharaat al-Israiliyyaat fi at-Tafsir wa al-Hadits (tidak teridentifikasi lengkap)
10) Tafsir Al-Qur`an Karim Juz. 11-20 (tidak teridentifikasi lengkap)
11) Tafsir Al-Qur`an Karim Juz. 21-30 (tidak teridentifikasi lengkap)
12) Kamus Al-Qur`an I (tidak teridentifikasi lengkap)
13) Kamus Al-Qur`an II (tidak teridentifikasi lengkap)
14) Kamus Al-Qur`an (juz 1 – 30), 1978, PT. Hidakarya Agung, Jakarta
15) Surat Yaasin dan Terjemahannya (Arab Melayu), 1977, (tidak teridentifikasi lengkap)
e. Bidang Akhlak : (9 karya)
1) Keimanan dan Akhlak I, 1979, (tidak teridentifikasi lengkap)
2) Keimanan dan Akhlak II, 1979, (tidak teridentifikasi lengkap)
3) Keimanan dan Akhlak III, 1979, (tidak teridentifikasi lengkap)
4) Keimanan dan Akhlak IV, 1979, (tidak teridentifikasi lengkap)
5) Beriman dan Berbudi Pekerti, 1981, PT. Hidakarya Agung, Jakarta
6) Lagu-Lagu Baru Pendidikan Agama/ Akhlak (tidak teridentifikasi lengkap)
7) Akhlak Bahasa Indonesia (tidak teridentifikasi lengkap)
8) Moral Pembangunan dalam Islam (tidak teridentifikasi lengkap)
9) Akhlak, 1978 (tidak teridentifikasi lengkap)
f. Bidang Sejarah : (5 karya)
1) Sejarah Pendidikan Islam (tidak teridentifikasi lengkap)
2) Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, 1979, Mutiara, Jakarta
3) Tarikh al-Fiqhu al-Islamy (tidak teridentifikasi lengkap)
4) Sejarah Islam di Minangkabau, 1971, (tidak teridentifikasi lengkap)
5) Tarikh al-Islam, tt, PT. Hidakarya Agung, Jakarta
g. Bidang Perbandingan Agama : ( 2 karya)
1) Ilmu Perbandingan Agama, 1978, PT. Hidakarya Agung, Jakarta
2) Al-Adyaan, (tidak teridentifikasi lengkap)
h. Bidang Dakwah : (1 karya)
1) Pedoman Dakwah Islamiyyah, 1980, PT. Hidakarya Agung, Jakarta
2) Bidang Ushul Fiqh : (1 karya)
3) Muzakaraat Ushulu al-Fiqh (tidak teridentifikasi lengkap)
4) Bidang Tauhid : (1 karya)
5) Durusu at-Tauhid (tidak teridentifikasi lengkap)
i. Bidang Ilmu Jiwa : ( 1 karya)
1) Ilmu an-Nafs (tidak teridentifikasi lengkap)
j. Lain-Lain : ( 9 karya)
1) Beberapa Kisah Nabi dan Khalifahnya, 1980, PT. Hidakarya Agung, Jakarta
2) Doa’-Do’a Rasulullah, 1979, PT. Hidakarya Agung, Jakarta
3) Pemimpin Pelajaran Agama I, tt. CV. Al-Hidayah, Jakarta
4) Pemimpin Pelajaran Agama II, tt. CV. Al-Hidayah, Jakarta
5) Pemimpin Pelajaran Agama III, tt. CV. Al-Hidayah, Jakarta
6) Kumpulan Do’a, 1976, CV. Al-Hidayah, Jakarta
7) Marilah ke Al-Qur`an, 1971, CV. Al-Hidayah, Jakarta
8) Asy-Syuhuru al-‘Arabiyyah fi Biladi al-Islamiyyah (tidak teridentifikasi lengkap)
9) Khulashah Tarikh al-Ustaz Mahmud Yunus (tidak teridentifikasi lengkap)
3. Pemikiran Pendidikan Mahmud Yunus
Pemikiran Pendidikan Mahmud Yunus tentang pendidikan meliputu berbagai aspek yaitu: a. tujuan b, sestim dan metode pengajaran c. kurikulum.
a. Tujuan Pendidikan
Tujuan Pokok Pendidikan Islam menurut Mahmud Yunus yaitu :
1) Untuk kecerdasan perseorangan, da,
2) Untuk kecakapan pekerjaan
Selanjutnya ia menilai pendapat sementara Ulama tradisional yang mengatakan bahwa pendidikan Islam hanyalah untuk beribadah dan untuk sekedar untuk mempelajari Agam Islam, adalah pendapat yang terlalu sempit, kurang, dan tidak sempurna. Karena menurut dia ibadah itu salah satu perintah Islam. Sedangkan pekerjaan duniawi yang menguatkan pengabdian kepada Allah juga merupakan perintah Islam.
Dengan demikian, berarti termasuk tujuan pendidikan Islam yaitu : Mempelajari dan mengatahi ilmu-ilmu agama islam serta mengamalkanya, seperti ilmu tahuid, tafsir, hadits, dan sebagainya. Tujuian analah yang dilaksanakan di madrasah-madrasah seluruh dunia setelah kemunduran Islam.[5]
Menutut Mahmud Yunus tujuan pendidikan Islam adalah menyiapkan anak-anak agar diwaktu dewasa kelak mereka cakap melakukan pekerjaan dunia dan amalan akhirat, sehingga tercipta kebahagian dunia dan akhirat> Agar anak-anak cakap melaksanaka amalan akhirat harus diajarkan keimanan, ahlak, ibadah, dan isisi Al-Qur’an yang berhubungan yang wajib dikerjakan dan haram harus ditinggalkan. Agar anak didik cakap melaksanakan pekerjaan dunia, mereka harus di didik untiuk mengerjakan salah satu profesi, yang sesuai dengan bakat masing-masing peserta didik. Dari semua tujuan pendidsikan yang diatas tersebut yang menjadi utama dan yang paling utama adalah pembentukan ahklak. Karena nabi Muhammad diutus kemuka bumi ini adalah untuk menyempurnakan akhlak.
b. Sistem Metode dan Pengajaran
Pada mulanya system pengajaran yang dilaksanakan di Madrash School adalah system halaqah . Pada tanggal 4 oktober 1918 Mahmud Yunus melaksankan system pengajaran klasikal di Madrasah School, serta masih meneruskan system halaqah untuk pelajar-pelajar dewasa yang datang dari luar sungayung. Di Madrasah ini dia mengadakan yang system baru, yaitu murid-murid belajar siang hari di kelas masaing-masing seperti biasa, sedangkan pada malam hari Mahmud Yunus mengembangkan aktivitasanak. Ia sendiri bertindak fasilitator. Murid-murid yangsemua dikumpul dalam ruangan kelas besar dan kemudian ditanya siapa yang akan membaca teks bahasa Arab, pelajaran baru, selanjutnya murid-murid lain menyimak . seteleh itu dia meminta murid lain menjelaskanya. Kalau penjelasanya barulah dia menambahkanya. Melalui cara-cara ini murid-murid akan aktif dalam belajarnya. Selain itu murid-murid yang belajar selama 5-6 tahun akan mampu menggantikan gurunya. Muhmud Yunus juga tidk mengambil jarak dengan murid-muridnya. Demikian system baru yang diciftakanya [6]
Ketika Mahmud Yunus mengenalkan KulliyatulMu’alimin al-Alsamsiyah (KMI) tahun 1931, pelaksanaan pengajaran dilkakukan kelas dengan jadwal dan kurikulum yang sudah ditetapkan. Jenjang kelaspon diatyrnya, yakni kelas I sampai VI, setingkat dengan SD/SLTP dan SLTA. Kitab-kitab lama diganti denganbahan-bahan baru yangsudah diolah dengan silabus. Diamntaranya bberapa buku dan diktat disusun ole Mahmud Yunus. Pelajaran umum dimasukkan seimbang dengan pelajaran agama, murid-murid harus berbicara dengan bahasa Arab.
c. Metode dan Pendekatan dalam Mengajar
Dalam proses pengajaran, metode mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam upayamencapai tujuan. Tanpa metode suatu pelajaran tidak akan diproses secara efesien dan efektif dalm kegiatan dan pembelajaran. Mahmud Yunus mengatakan “ metode mengajar lebih penting dari materi pengajaran “ Oleh karena itu menurut Mahmud Yunus seorang harus menguasai metode yang digunakan Mahmud Yunus di Normal Islam adalah metode ceramah, Tanya jawab(dialaog), pemberian tugas, demostrasi,kerja kelompok dan metode uswatun hasanah (keteladanan).[7]
Dalam pembelajaran bahasa Arab Mahmud Yunus mempergunakan thariqah al-mubasyrah atau metode langsung (direct methode). Metode ini biliau gunakan dengan poloa pikir sebgi berikut : “jika dalam sekolah-sekolah yang didirikan Belanda untuk masyarakat pribumi dari golongan aristocrat, seperti HIS, MULO, dan AMS, digunakan bahasa belanda sebagai bhs pengantar “ maka tidaklah salah jika pengajaran dalam madrsah Bahasa Arab dipakai sebagai bahasa pengantar dalam mempelajari ilmu agama dan ilmu lainya. Untuk sumber bahsa Arab dengan metode langsung ini Mahmu Yunus menulis buku Durusul al-Lugah al- Arabiah empat jilid ketika ia masih belajar di Mesir. Supaya hasil belajar dapat dicapai secara maksimal, para siswa diharus ditinggal di Asrama yang telahb disediakan PGAI, denga tua agar mereka terbisa disiplin yang tinggi selam menempuh pendidika di Normal Islam, tyermasuk dalam menggunakan disiplin bahsa asing. Tidak mengherankan bahwa sekolah ini menghasilkan alumni-alumni banyak dan menguasai ilmu-ilmu agama dan ilmu umum serta mampu serta mampu menguasai bahasa Arab, Inggiris, dan Belanda secara aktif.
Mahmud Yunus juga dalam pembelajaran menggunakan beberapa pendekatan yang mencakup pendekatan rational, emosional, dan praktis. Pendekatan rasional dalam belajar memberikan penekanan pada pendalaman matery untuk membawa anak didik berpikirsecara kritis. Sihingga murid dapat menggunakan rationya semaksimal mungkin. Pendekatan praktis dalam kegiatan belajar mengajar, dengan memberikan penekanan pada pengembangan semaksimal mungkin tentang kecakapan murid, sehingga selain cerdas, murid juga dapat mengalokasikan ilmu pengetahuan yang didapatinya tersebut dimasyarakat. Pendekatan emosional melalui kegiatan belajar mengajar yang memberikan penekanan bagaimana guru mampu menananmkan moral kepada murid. Tentunya hal ini dimulai melalui keperibadian guru sebagai teladan yang baik.
d. Kurikulum
Dalam masalah kurikulum Mahmud Yunus berusaha merefleksikan keseimbangan antara ilmu Agama dengan ilmu umum yang selama ini belum dikenal di Madrasah tradisional. Hal ini dapat dilihat pada kurikulum Normal islam sebagai berikut.[8]Kurikulum Normal Islam Padang adalah Ilmu-ilmu Agama dan Bahasa Arab yang meliputi : Insyak, Muthalaah, Mahfuzhat, Qawa’id dan Adabul Lughah.
Sedangkan ilmu-ilmu umum meliputi : Aljabar, Ilmu ukur. Ilmu alam/kimia, Ilmu hayat/biologi, Ekonomi, Tarekh Islam, Sejarah Indonesia atau Dunia, Ilmu bumi/ Ilmu falak, Tata Negara, Bahasa Inggiris/Ilmu Belanda, Gerak Badan, Ilmu Pendidikan, Ilmu jiwa, Ilmu kesehatan dan Khat/menggambar
Dalam kurikulum, Ilmu Agama Islam tidak dirinci, namun dalam prekteknya dirinci menjadi : Tafsir, Hadits, Fiqh/Ushul Fiqh
C. Kesimpulan
Dari beberapa uraian diatas dapat diambil beberapa kesimpulan diantaranya sebagai berikut:
Mahmud Yunus, diretur normal islam, dilahirkan hari Sabtu tanggal 10 Februari 1899, bertepatan dengan 30 Ramadhan 1316 H di Sungayung Batu sangkar, sekitar 120 dari Padang Ibukota Pripinsi Sumatera Barat. Usia beliau lebih muda 11 tahun dari Syekh H. Abdul Ahmad. Ayahnya bernama yunus bin incek yang terkenal dengan orang yang sangat jujur dan menjadi imam Mesjid di sungayung. Ibunya bernama Hafsah binti Muhammad Thahir (Imam Samiun) putra seorang ulama besar disungayung Batusangkar yang bernama Muhammad Ali gelag angku Kolok
Tujuan Pokok Pendidikan Islam menurut Mahmud Yunus yaitu : untuk kecerdasan perseorangan dan kecakapan pekerjaan. Dengan demikian, berarti termasuk tujuan pendidikan Islam yaitu : Mempelajari dan mengatahi ilmu-ilmu agama islam serta mengamalkanya, seperti ilmu tahuid, tafsir, hadits, dan sebagainya. Tujuian analah yang dilaksanakan di madrasah-madrasah seluruh dunia setelah kemunduran Islam. Dalam kurikulum, Ilmu Agama Islam tidak dirinci, namun dalam prekteknya dirinci menjadi : Tafsir, Hadits, Fiqh/Ushul Fiqh.
D. Analisa Pemakalah
Dari pemikiran dan karya-karyanya yang begitu banyak memberikan sumbangan pemikiran dan perhatian pendidikan maka secara internal dapat dianalisa adalah:
1. Bahwa pemikiran pendidikannya itu dipengaruhi oleh pendidikannya yang berlandaskan islam semenjak kecil hingga berkifrah dalam dunia pendidikan.
2. Kemauan beliau mempelajari islam dari sejak kecil hingga berkifrah dalam dunia pendidikan.
3. Latar belakang keluarga yang taat beragama dan tekun dalam menghadiri pertemuan keagamaan membuat dirinya dekat dengan para ilmuan dan para pemikir dibidang pendidikan.
Secara eksternal
1. Beliau melihat kurangnya pendidikan islam pada kurikulum pendidikan pada saat itu disebabkan sekularisme pendidikan dari masa penjajahan yang mengakibatkan kurangnya perhatian pemerintah terhadap pendidikan dibidang agama islam.
2. Latar belakang lingkungan yang dekat dengan dunia pendidikan jadi dengan itu ia melakukan perubahan dalam sistim pendidikan dengan mencantumkan pendidikan agama islam sebagai kurikulum pokok pengajaran.
3. Kondisi masyarakat yang banyak masih buta hurup dengan agama dan umum oleh karena itu beliau sangat memperhatikan dan banyak pengembangan pendidikan untuk menuntaskan kebutahurufan dan kebodohan masyarakat indonesia pada masa itu dengan penerapan pendidikan bukan di bidang keagamaan tetapi juga dibidang pendidikan umum.
IAIN Syarif Hidayatullah, Ekpilopedi Islam Indonesia, Jakarta : Djambatan, 1992.
Ilham, Malika dan Tim Peneliti-Penulis FIB-Adab IAIN Padang IFA. Khazanah Ulama Minangkabau Prof. DR. H. Mahmud Yunus (1899-1992), Diposkan di http://ulama-minang. blogspot.com/2010/01/profdrh-mahmud-yunus-1899-1992.html.
Ramayulis, Ensiklopedi Tokoh Pendidikan Islam, Padang: Ciputat Press Group, 2005.
[3] Ibid, hlm.593.
[4] Malika Ilham dan Tim Peneliti-Penulis FIB-Adab IAIN Padang IFA. Khazanah Ulama Minangkabau Prof. DR. H. Mahmud Yunus (1899-1992), (Diposkan di http://ulama-minang. blogspot.com/2010/01/profdrh-mahmud-yunus-1899-1992.html). diakses tanggal 27 Maret 2010.
[5]Ramyulis, Op,cit, hlm. 341.
[6]Ibid, hlm. 343.
[7]Ibid, hlm. 345.
[8]Ibid, hlm. 346
0 komentar: