TEHNIK PENGUMPULAN DATA


A.    PENDAHULUAN
Pengumpulan data hendaklah dilakukan setelah berbagai langkah penelitian sebelumnya dirumuskan dengan baik. Penentuan teknik pengumpulan data, berkaitan erat dengan tempat dengan tempat penelitian dan tipe penelitian yang digunakan.
Apabila peneliti menjadikan koleksi yang terdapat diperpustakaan sebagai sumber utama atau peneliti menganalisis buku, jurnal, majalah, catatan historis, sebagai pokok kajian, sebagai pokok kajian, maka peneliti menggunakan teknik analisis dokumun, analisis catatan historis, ataupun analisis buku.
Teknik pengumpulan data yang paling diperlukan disini adalah teknik pengumpulah data mana yang paling tepat, sehingga didapat data yang valid dan reliabel, jangan semua teknik pengumpulan data dicantumkan kalau sekiranya tidak dapat dilaksanakan. Selain itu konsentrasi diri mencantumkan teknik pengumpulan data itu adalah setiap pengumpulan data yang dikumpulkan harus ada datanya, memang untuk mengumpulkan data yang lengkap dan objektif penggunaan berbagai teknik sangat diperlukan, jika satu teknik saja sudah mencukupi maka teknik lain tidak perlu lagi digunakan.[1]
Dalam hal ini pemakalah akan memaparkan sebuah makalah dengan judul pengumpulan data. Dalam hal ini maka isi dari makalah ini akan berisikan tentang berbagai cara pengumpulan data, baik menggunakan tes, angket dan lain-lain.

B.     MENGGUNAKAN ANGKET (KUESIONER)
Kuesioner merupakan salah satu cara untuk mengumpulkan data, bukan satu-satunya cara!. Cara pengumpulan data ditentukan berdasarkan tujuan riset dan apa yang akan dicari.  Bila memang memerlukan kuesioner dalam pengumpulan data, maka pertanyaan tidak hanya disusun dari perenungan, tetapi dari studi literatur atau dari riset exploratif sederhana. Kuesioner disusun mengikuti kerangka pemikiran berdasarkan teori. Yang dimaksud teori di sini tidak harus mega-teori, tetapi teori sederhana juga cukup, asalkan berisi hipotesis yang dapat mengarahkan kerangka pemikiran. Tetapi,  teori saja juga tidak cukup, rencana analisis data juga diperlukan. Pengetahuan tentang ragam analisis data diperlukan agar data yang dikumpulkan dengan kuesioner tidak sia-sia. Menyusun kuesioner tanpa mengetahui data yang diperoleh akan dianalisis seperti apa, sama seperti belanja banyak bahan makanan tanpa tahu akan memasak apa, pengumpulan data akan tidak efisien. Menyusun kuesioner tanpa tahu cara analisis dapat juga dikerjakan, karena kesalahan adalah guru yang terbaik.[2]
Kuesioner berasal dari bahasa Latin: Questionnaire, yang berarti suatu rangkaian pertanyaan yang berhubungan dengan topik tertentu, diberikan kepada sekolompok individu dengan maksud untuk memperoleh data.[3] Kuesioner  lebih populer dalam penelitian dibandingkan dengan jenis instrumen yang lain karena dengan menggunakan cara ini dapat dikumpulkan informasi yang lebih banyak dalam waktu yang relatif pendek, dengan biaya yang lebih rendah dibandingkan apabila peneliti menggunakan wawancara atau teknik lain, tujuan utama dalam mennggunakan Kuesioner dalam penelitian adalah:
  1. Memperileh invormasi yang lebih relevan dengan tujuan penelitian.
  2. Mengumpulakan informasi dengan reliabilitas dan validitas yang tinggi.
Dalam menggunakan kuesioner hendaklah berangkat dari tujuan dan hipotesis yang telah disusun sebelumnya (kalau ada) atau dari pertanyaan penelitian yang terjabar secara tuntas dalam kisi-kisi penyusunan instrumen, sehingga apa yang ingin dicari akan dapat terungkap lebih jelas.
Mengingat bahwa butir-butir instrumen penelitian terfokus pada permasalahan dan tujuan penelitian, maka penjabaran secara sistematis dan terinci sangat diperlukan sebelum menyususun butir-butir instrumen penelitian. Disamping itu perlu digaris bawahi disini bahwa setiap butir (item) yang disusunn merupakan sampel dari aspek-aspek yang ingin diketahui.
Dalam penyusunan instrumen ada 8 pertanyaan yang perlu mendapat perhatian peneliti, yaitu:[4]
1.      Apakah item itu diperlukan?
2.      Apakah item itu akan dianalisis?
3.      Apakah item itu relevan?
4.      Bagaimana  caranya petanyaan itu akan diolah?
5.      Tekhnik manakah yang cocok untuk itu?
6.      Apakah dengan pertanyaan yang ada pokok masalah yang diajukan telah terjawab?
7.      Apakah masing-masing sub-sub variabel sudah terwakili?
8.      Apakah koesioner itu sesuai dengan responden penelitian?

a.)    Jenis koesioner
Dari segi isi, koesioner dapat dibedakan menjadi:
1.)    Pertanyaan fakta dan informasi
2.)    Pertanyaan pendapat dan sikap
3.)    Pertanyaan prilaku
Pertanyaan fakta dan informasi berkaitan dengan pengetahuan sikap yang diketahui tentang sesuatuyang ingin diselidiki. Pertanyaan ini menekankan pada fakta dan informasi yang telah tersedia, seperti pertanyaan tentang jumlah penduduk, jumlah keluarga, karakteristik sosial ekonomi individu, informasi tentang karir dan lain-lain.
Pertanyaan berupa sikap, seperti pertanyaan tentang perasaan, kepercayaan, dan lain-lain.
Sedangkan pertanyaan prilaku mengacu pada perbuatan dan tindakan seseorang dengan kaitannya dengan yang lain.
Koesioner cocok dan tepat dimanfaatkan apabila:
1.      Peneliti Femiliar terhadap semua rentangan kemungkinan jawaban pada semua pertanyaan yang digunakan
2.      Peneliti percaya bahwa responden mau menerima peran yang relatif pasif terhadap semua jawaban yang diajukan kepadanya.
3.      Peneliti bersedia menerima data yang diberikan resonden tanpa perlu ditindak lanjuti dengan pertanyaan tambah atau dengan interviu.
4.      Sampel koesioner lebih luas dan tersebar pada lokasi yang luas pula.
Menurut jenisnya koesioner dapat pula dibedakan atas tiga jenis yaitu:[5]
1.)    Koesioner tertutup
Dalam hal ini alternatif jawaban sudah ditentukan terlebih dahulu. Responeden hanya memilih dari alternatif yang telah disediakan.
Contoh:
Apakah anda puas dengan pekerjaan yang sekarang?
a.       Puas
b.      Tidak Puas
2.)    Koesioner yang sifatnya terbuka
Dalam bentuk ini memberikan kesempatan kepada responden untuk mengemukakan pendapat yang sesuai dengan pandangan dan kemampuan masing-masing. Dengan kata lain bahwa jawabannya tidak ditentukan terlebih dahulu.


Contoh:
Menurut pendapat anda, faktor-faktor apakah yang menyebabkan banyaknya pengangguran di daerah saudara?
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….
3.)    Koesioner bersifat terbuka dan tertutup
Koesioner yang menggunakan kombinasi yang berbentuk tertutup dan terbuka, dapat menghilangkan kelemahan koesioner terbuka, begitu juga tertutup. Namun dalam memperoses data jauh lebih sukar. Dalam bentuk gabungan ini, alternatif jawaban sebagian besar disediakan peneliti. Pada bagian akhir setiap pertanyaan selalu disediakan satu atau dua tenpat yang dikosongkan sehinggga responden mempunyai kesempatan untuk mengisi jawaban yang sesuai dengan keadaannya, kalau alternatif yang disediakan belum sesuia dengan yang diinginkan.
Contoh:
Bagaimanakah cara anda mendapatkan informasi tentang pekerjaan yang sekarang? (boleh cek lebih dari satu)
(1)   Dengan melamar langsung
(2)   Melalui tenam yang bekerja dikantor itu
(3)   Melalui departemen tenaga kerja
(4)   Melalui media massa
(5)   ………………………………….
(6)   …………………………………..

Penggunaan koesioner yasng tepat dalam suatu penelitian tidaklah dapat diabaikan karena instrumen yang benar akan dapat mengungkap suastu masalah dengan baik. Sehubungan dengasn hal itu ada beberapa keriteria yang dapat digunakan, yaitu:
  1. Apabila peneliti ingin mengumpulkan informasi tentang sesuatu dengan menekankan bahwa responden akan memberikan persetujuan/tidak setuju tentang sesuatu yang dinyatakan maka bentuk tertutup lebih baik.
  2. Seandainya peneliti ingin mengetahui perbedaan atau kekurangan informasi yang diusulkan responden tentang topik yang dibicarakan, maka bentuk terbuka lebih baik, tetapi kalau tidak maka sebaiknya digunakan koesioner dalam bentuk tertutup.
  3. Bentuk terbuka lebih baik digunakan apabila responden telah memiliki opini yang terkristal tentang topik yang dibicarakan.

C.    MELAKUKAN WAWANCARA
Wawancara mendalam secara umum adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara, dimana pewawancara dan informan terlibatdalam kehidupan sosial yang relative lama. dengan demikian, kekhasan wawancara mendalam adalah keterlibatannya dalam kehidupan informan.
pewawancara adalah orang yang menggunakan metode wawancara sekaligus dia bertindak sebagai ”pemimpin” dalam proses wawancara tersebut. dia juga berhak menentukan materi yang akan diwawancarakan serta kapan dimulai dan di akhiri. namun kadang kala informan pun dapat menentukan perannya dalam hal kesepakatan mengenai kapan waktu wawancara mulai dilaksanakan dan di akhiri.
informan adalah orang yang diwawancarai, diminta informasi oleh pewawancara . informan adalah orang yang diperkirakan menguasai dan memahami data, informasi, ataupun fakta dari suatu obyek penelitian.
Materi wawancara adalah tema yang ditanyakan kepada informan , berkisar antara masalah atau tujuan penelitian. materi wawancara yang baik terdiri dari: pembukaan, isi dan penutup. pembukaan wawancara adalah kata-kata tegur sapa, seperti nama ibu siapa, alamatnya dimana, berapa anaknya, umurnya berapa dsb. isi wawancara sudah jelas, yaitu pokok pembahasan yang menjadi masalah atau tujuan penelitian. sedangkan, penutup adalah bagian akhir dari suatu wawancara. bagian ini dihiasa dengan kalimat-kalimat penutup pembicaraan, antara lain: saya kira cukup sampai disini wawancara kita, terimakasih atas bantuan bapak, bapak sudah banyak membantu saya, dsb. bagian penutup biasanya dihiasi dengan janji untuk ketemu lagi pada waktu lain.[6]
Secara sederhana adalah suatu kejadian atau suatu proses interaksi antara pewawancara dengan responden atau orang yang diwawancarai melalui komunikasi langsung. Ada4 faktor yang menentukan keberhasilan dalam percakapan tatap muka maupun percakapan melalui media. Keempat faktor tersebut adalah:[7]
1.      Pewawancara
Beberapa karakteristik yang perlu bagi pewawancara:
1.)    Kemampuan dan keterampilan mewawancarai responden
2.)    Kemampuan memahami dan menerima serta merekam hasil wawancara yang telah dilakukan
3.)    Karekteristik sosial pewawancara
4.)    Rasa percaya diri dan motivasi yang tinggi
5.)    Rasa aman yang dimiliki.
2.      Responden
Beberarapa hal yang diperlukan dari responden ialah:
1.)     Kemampuan memahami/menangkap pertanyaan dan mengolah jawaban dari pertanyaan yasng diasjukan pewawancara
2.)     Karekteristik sosial dari responden
3.)     Kemampuan untuk menyatakan pendapat
4.)     Rasa aman dan percaya diri

3.      Materi pertanyaan
Pewawancara harus memperhatikan masteri pertanyaan yang diajukan kepada responden. Diantara faktor-faktor yang perlu dipahami dalam isi/materi pertanyaan adalah:
1.)    Tingkat kesukaran masteri yang ditanyakan.
2.)    Kesensitipan materi pertanyaan
4.      Situasi wawancara
Dalam hal ini ada sekurang-kurangnya 4 hal kondisi yang perlu mendapat perhatian, yaitu:
1.)    Waktu pelaksanaan
2.)    Tempat pelaksanaan
3.)    Keadaan lingkungan pada waktu wawancara
4.)    Sikap masyarakat

  1. Jenis Wawancara[8]
Kalau ditinjau dari dari bentuk pertanyaan yang diajukan maka wawancara dapat dikategorikan atas tiga bentuk, yaitu:
1.      Wawancara terencana-terstruktur.
Suatu bentuk wawancara dimana pewawancara dalam hal ini peneliti menyusun.
2.      Wawancara terencana-tidak terstruktur
Apabila peneliti/pewawancara menyusun rencana wawancara yang mantap, tetapi tidak menggunakan format dan urutan yang baku
3.      Wawancara bebas
Dalam hal ini tidak dikaitkan atau diatur oleh sesuatu pedoman, atau oleh suatu format yang baku.

  1. Aturan Umum Wawancara[9]
Adabeberapa aturan umum yang perlu diperhatikan pewawancara adalah sebasgai berikut:
1.)    Penampilan dan sikap
2.)    Pewawancara handaklah terbiasa dengan model pertanyaan yang akan disampaikan.
3.)    Ikuti kata-kata dalam pertanyaan dengan tapat.
4.)    Catat jawaban pertanyaan secara tepat dan benar
5.)    Bila jawaban belum jelas gunakan teknik dengan probing, yaitu menggali informasi lebih dalam sehingga terdapat jawaban yang lebih sfesifik, tepat dan makna lebih jelas.

  1. Langkah-Langkah Penyusun Pedoman Wawancara[10]
Data akan lebih efektif apabila sebelum melakukan wawancara terlebih dahulu disusun secara sistematis materi yang akan ditanyakan, langkah-langkah yang ditempuh adalah sebagai berikut:
1.)    Melakukan studi leteratur untuk memahami dan menjernihkan masalah secara tuntas.
2.)    Menentukan bentuk pertanyaan wawancara.
3.)    Menentukan isi pertanyaan wawancara.

  1. Prosedur Wawancara[11]
Wawancara dapat dilakukan dirimah, dikantor dan dimana saja yang memungkinkan wawancara aman.
Beberapa pedoman yang perlu diperhatikan dalam wawancara, yaitu:
1.)    Harus diingat bahwa wawancara itu bukan percakapan biasa.
2.)    Memilih waktu yang tepat
3.)    Andaikata pewawancara tidak dapat melaksanakan hari pertama kunjungannya terhadap responden, bicarakanlah dengan baik, kapan waktu responden yang tersedia lagi.
4.)    Pada waktu wawancara berusahalah:
a.)    Ikutilah tata aturan yang telah ditetapkan dalam petunjuk.
b.)    Tanyakan pertanyaan dengan hati-hati
c.)    Janganlah menyarankan jawaban atau membuat persetujuan atau menolak suatu jawaban yang diberikan responden. Dan lain-lain.

  1. Keuntungan dan Kelemahan Wawancara
Adabeberapa keuntungan wawancara, yaitu:
1.      Apabila ada responden yang tidak berada ditempat, dapat diulangi kembali pada waktu berikutnya.
2.      sampel penelitian lebih sesuai dengan rencana
3.      dapat mengumpulkan informasi pelengkap yang akan digunakan untuk memperkuat pembuktian.
4.      dapat melengkapi dan memperbaiki kembali informasi yang kurang atau salah
5.      dapat mengontrol jawaban masing-masing pertanyaan, dan masih banyak lagi.
Adajuga beberapa kelemahan dari wawancara, yaitu:
  1. Biaya yang diperlukan lebih tinggi
  2. waktu yang dibutuhkan lebih banyak
  3. kecondongan (bias) pewawancara
  4. kurang anonim
  5. tidak ada kesempatan berkonsultasi.


D.    MELAKUKAN OBSERVASI
Observasi adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan pengamatnnya melalui hasilkerja panca indra mata serta dibantu pancaindra lainnya. metode obeservasi adalah pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan atau pengindraan. suatu kegiatan pengamatan baru dikategorikan sebagai kegiatan pengumpulan data penelitian apabila memiliki keriteria sebagai berikut :[12]
1.      Pengamatan digunakan dalam penelitian dan direncanakan secara serius.
2.      Pengamatan harus berkaitan dengan tujuan penelitian
3.      Pengamatan dicatat secara sistematik dan dihubungkan dengan proposisi umum dan bukan dipaparkan sebagai suatu yang hanya menarik perhatian
4.      Pengamatan dapat di cek dan dikontrol mengenai keabsahannya.
Observasi dapat dibedakan menjadi dua bentuk, apabila kita mengkaji pada fungsi pengamat dalam kelompok kegiatan, yaitu: (1) Participant observer, yaitu: suatu bentuk observasi dimana pengamat secara teratur berpartisipasi dan terlibat dalam kegiatan yang diamati. (2) non Participant observer, yaitu suatu bentuk observasi dimana pengamat tidak terlibat langsung dalam kegiatan kelompok, atau dapat juga dikatakan pengamat tidak ikut sarta dalam kegiatan yang diamatinya.
Adabeberapa hal yang perlu dicermati dalam observasi, yaitu: [13]
  1. Beberapa Pertimbangan dalam Melakukan Observasi
Adatiga hal yang perlu mendapat perhatian oleh pengamat dalam pengumpulan data, yaitu:
1.)    Apa yang diamati
2.)    Apabila diamati dan bagaimana mencatatnya
3.)    Berapa banyak kesimpulan (inference) pengamat dilibatkan
Apa yang diamati merupakan objek penelitian yaitu tingkah laku individu. Simon dan Bayer mengemukakan kelas tingkah laku:
a.)    Afaktif
b.)    Kognitif
c.)    Psikomotor
d.)   Prosedur, rutinitas dan kontrol
e.)    Lingkungan fisik observasi
f.)     Struktur sosiologis
g.)    Aktivitas
h.)    Sistem khusu lainnya.

  1. Tipe-Tipe Obeservasi
Obserfasi dapat dibedakan menjadi dua bentuk, apabila kita mengkaji pada fungsi pengamat dalam kelompok kegiatan, yaitu: (1) Participant observer, yaitu: suatu bentuk observasi dimana pengamat secara teratur berpartisipasi dan terlibat dalam kegiatan yang diamati. (2) non Participant observer, tetapi  kalau dilihat dari segi terkontrol tidaknya observasi itu maka dapat dibedakan atas (1) obeservasi terkontrol, (2) observasi tidak terkontrol, atau dapat juga dikatakan observasi berstruktur dan observasi tidak berstruktur.
Dalam observasi terkontrol, peneliti menentukan dengan jelas dan secaara ekspelisit apa yang diamati. Apa yang diamati itu dirinci dengan jelas sampai pada bagian yang sekecil-kecilnya, dengan alokasi dan penentuan waktu yang tepat dan rigid serta pendekatan mana yang sesuai dengan masing-masing bagian yang diamati.
Observasi tidak terkontrol memberikan fleksibilitas lebih besar kepada pengamat dalam melakukan observasi. Fleksibilitas itu antara lain dalam pengnaturan waktu ataupun keadaan dilingkungan obsevasi itu.

  1. Pencatatan Observasi
Keberhasilan pencatatan semua kejadian dan tingkah laku yang diamati sangat banyak ditentukan oleh kemampuan pengamat sendiri. Suatu hal yang perlu diperhatikan adalah objek, individu atau kejadian yang diamati tidak tahu bahwa pencatatan sedang dilakukan. Hal itu dimaksudkan agar supaya objek tersebut tidak bersikap reaktif.
Beberapa alat yang dapat dipergunakan dalam observasi ialah: daftar cek, skala bertingkat. Daftar cek merupakan aejumlah pertanyaan dengan alternatif “ya” atau “tidak” . butir pertanyaan tersebut sesuai dengan apa yang diamati. Skala bertingkat merupakan skala dengan alternatif bertingkat, seperti lima, tujuh atau tiga kategori.

  1. Obsevasi Dengan Partisipasi Langsung
Dalam penelitian kualitatif, naturalistik, maupun dalam penelitian sosiologi dan antropologi yang mengutamakan studi tentang keseluruhan sistem manusia dalam kondisi alami yang sebenarnya (natural setting), diperlukan suatu pendekatan tersendiri dalam pengumpulan datanya, sehingga aspek-aspek yang diteliti tidak terlepas dari konteks yagn sebenarnya.
Secara sederhana dapat dikemukakan bahwa observasi dengan partisifasi langsung adalah suatu proses atau suatu cara pengumpulan data dimana peneliti atau individu yang berfungsi sebagai pengumpul data, secara langsung dan dalam mengamati dan berpengalaman dalam aspek kegiatan yang ditelitinya.

  1. Jenis-Jenis Observasi Dengan Partisivasi Langsung.
Keikut sertaan peneliti dalam kegiatan kelompok sesuai dengan aspek yang diteliti, tergantung pada teknik mana yang dipilih oleh peneliti tersebut. menurut B. Flavian Udinsky (1981), observasi dengan partisifasi langsung dapat dibedakan menjadi 4, yaitu:
a.)    Observasi dengan partisifasi komplit.
b.)    Berpartisipasi sebagai pengamat
c.)    Pengamat sebagai orang yang beroartisipasi.
d.)   Pengamat.
Observasi dapat dikatakan tepat pelaksanaannya apabila telah memenuhi ciri-ciri sebagai berikut:[14]
1.      Dapat menangkap keadaan (konteks) sosial alamiyah tempat terjadinya prilaku.
2.      Dapat menagkap peristiwa yang berarti kejadian-kejadian yang mempengaruhi  relasi sosial para partisipan.
3.      Mampu menentukan realitas suatu peraturan yang berasal dari  falsafah atau pandangan masyarakat yang diamati.
4.      Mampu mengidentifikasi keteraturan (regularities) dan gejala-gejala yang berulang dengan gejala sosial dengan membandingkan dan melihat perbedaan dari data yang diperoleh dalam suatu studi dengan data studi dari keadaak (setting) lengkungan lain.


E.     MENGGUNAKAN TES[15]
Apabila peneliti ingin mengungkapan kemampuan seseorang dalam belajar maka peneliti dapat menggunakan tes hasil belajar, tetapi kalau peneliti ingin ingin  mengungkapkan bakat seseorang, maka peneliti dapat menggunakan tes bakat. Seandainya peneliti ingin mendapatkan gambaran tentang sikap seseorang maka ia dapat menggunakan tes sikap atau skala sikap.                  
Tes proyektif digunakan untuk mengetahui bagaimana seseorang memandang sesuatu diluar dirinya brdasarkan proyeksi dari dalam dirinya sendiri. Dengan cara demikian peneliti dapat mengetahui motivasi, sikap emosi, sifat dan kepribadian seseorang.
Teknik sosiomentri dapat pula digunakan apabila peneliti ingin mengetahui interaksi atau hubungan antara kelompok dengan anggota kelompok, antara pribadi dengan anggotra kelompok dan sebagainya.
Tes yang telah bakumemang baik, karena tes itu telah mempunyai validitas dan realibilitas yang tinggi. Namun apabila peneliti akan mengngunakan instrumen tersebut, perlu kehati-hatian . tes yang valid dan reliabel belum tentu sesuai denga tujuan, variabel dan aspek-aspek yang ingin diukur melalui penelitian yang sedang dirancang. Dilain pihak tes ini perlu diadaptasi, dan norma yang digunakan perlu di kaji ulang dengan baik, sehingga sesuai dengan kondisi yang diharapkan. Disamping itu perlu juga mendapat perhatian bahwa untuk menggunakan tes standar dipersyaratkan kemampuan tertentu yang dibuktikan oleh kewenangan yang dimiliki seseorang. Ini berarti tidak semua orang bisa menggunakan tes yang baku, kecuali orang itu telang mempunyai kewenangan itu.
Dalam kondisi seperti itu, peneliti dapat menggunakan orang lain yang berwenang untuk tes tersebut dan menerima hasil yang telah diolahnya sesuai dengan kebutuhan peneliti. Untuk tes yang dibuat sendiri peneliti perlu mempersipakan diri dengan baik. Disamping itu memahami dan menguasai aspek-aspek yang akan diteliti, ia harus mengetahui dan mampu menyusun tes yang baik. Ini berarti peneliti mampu merumuskan dengan baik:
5.      Kisi-kisi suatu tes yang baik
6.      mampu membuat tes
7.      mampu membuat uji coba dan mengolah hasilnya
8.      mampu mengadministrasikan dengan baik tes telah disusun.

F.     STUDI DOKUMENTASI[16]
Dalam penelitian pustaka atau dalam penelitian naturalsitik, sumber informasi banyak pula ditemukan dalam foto,dalam bahan statistik, dalam dokumen atau dalam berbagai sumber bacaan lainnya, baik yang tersimpan dalam perpustakaan umum, pada lembaga-pembaga resmi maupun yang tesimpan pada koleksi perorangan, surat-surat pribadi kepada orang lain, juga merupakan sumber informasi yang tidak kalah pentingnya.
Kebermaknaan sumber informasi itu tergantung pada cara membaca dan menganalisis babahan tersebut sesuai dengan apa yang menjadi bahan topik penelitan. Disamping itu perlu pula disadari bahwa dokumen itu banyak ragamnya, dan kadang-kadang tidak mengikuti format resmi yang telaha ada. Karena itu, untuk mendapatkan informasi yang dapat dipercaya kebenarannya, maka kemampuan dalam melakukan analisis dokumen sangat mentukan. Dalam perwujudannya, alat pengumpul data yang sering digunakan adalah blanko/format dan buku catatan. Blanko/format hendaklah disiapkan sejak dini sesuai dengan kebutuhan penelitian. Kompleksitas blanko dan format yang disediakan sesuai dengan informasi yang akan dikimpulkan.


PENUTUP

Demikianlah isi makalah ini mudah-mudahan bermanfaat dan memberikan pengetahuan terhadap kita bersama. Kalau ada kesalahan dalam makalah atau karya ilmuyahnya kami sebagai pemakalah mengaharapkan adanya tanggapan, kritik dan saran yang dapat memberikan kearah yang lebih baik.



[1]Ridwan, Belajar Mudah Penelitian Untuk Karyawan dan Penelitian Pemula, (Bandung: Alfabeta: 2005), hlm 11.
[2]Hanson E. Kusuma Trackback, Metodologi Riset, http://www.ar.itb.ac.id/hanson/author, 13 Desember 2007.
[3]Muri Yusuf, Metode Penelitian Dasar-Dasar Penyelidikan Ilmiah, (1997), hlm. 264.
[4] Ibid.,hlm. 265.
[5] Ibid., hlm. 168-172. 
[6]Luluk Fikri Zuhriyah, http://elfikry.blogspot.com, kamis 30 april 2009.
[7]Muri Yusuf, Op.Cit., hlm. 295-296.
[8]Ir. Sugiyono,. M.Si, Teknik Pengumpulan Data dan Teknik Analisis Data, (Dikutif Dari Inernet)
[9]Muri Yusuf, Op.Cit., hlm. 301-302.  
[10] Ibid., hlm. 303.
[11]  Ibid., hlm. 303-305.
[12]Luluk Fikri Zuhriyah, http://elfikry.blogspot.com,kamis 30 april 2009.  Op.,Cit
[13]  Muri Yusuf, Op.Cit., hlm. 310-318.
[14]James A. Black & Dean J. Champion, Methode dan Masalah Penelitian Sosial, (Bandung: Refika Aditama, 2001), hlm 286.
[15]Muri Yusuf, Op.Cit., hlm. 333-335
[16] Ibid.,hlm. 263-264.

0 komentar: