الاسم ISIM (KATA BENDA)
A. Pendahuluan
Untuk mengetahui dan mendalami ajaran agama Islam itu kita harus mempelajarinya dari sumbernya yang asli, yaitu al-qur’anul karim dan hadist nabi, sebagaimana kita ketahui bahwasanya semua sumber ajaran agama islam menggunakan bahasa arab. Oleh larena itu orang yang ingin mendalami ajaran agama islam harus memahami bahasa arab secara baik dan benar dari berbagai aspek. Di antara aspek bahasa arab yang sangat penting dan menjadi faktor utama adalah Ilmu Nahwu dan Sharraf.
Bahasa Arab adalah bahasa Al-Qur’an dan hadis. Umat islam tidak dapat menggali, memahami dan mempelajari ajaran agama Islam yang terdapat pada al-Quran dan hadis tanpa memiliki kemampuan menggali, memahami dan menguasai bahasa Arab dengan baik. Dalam upaya mengembangkan wawasan berbahasa Arab, amat diperlukan adanya sebuah kajian kebahasaan. Kemampuan menguasai bahasa Arab merupakan kunci dan syarat mutlak yang harus dimiliki oleh setiap orang yang hendak mengkaji ajaran Islam secara luas dan mendalam.
B. Pengertian Isim
هو كلمةٌ دلَّت على مَعنَى فى نفسِها و لَم تَقتَرِن بزمَنٍ وَضعًا
Yaitu kalimah yang menunjukan atas makna dengan sendirinya (tanpa membutuhkan lafadz lain dan tidak berbarengan dengan zaman secara wadla’. Dari definisi tersebut, lafadz أَمسٍ yang makna nya kemarin ,itu termasuk dalam pengertian kalimah isim, karna lafadz tersebut menunjukan makna yang berupa zaman, bukan zamannya yang menyertai pada makna aslinya.
Begitu pula isim fail dan isim maful,masuk dalam pengertian kalam, arna keduanya menunjukan makna dan disertai zaman tapi tidak secara wadlo’ melaian secara luzum ( yaitu bahwa makna pekerjaan dikeduanya harus ada zamannya ), sedangkan lafadz صَبُوح(minum diwaktu pagi), lafadz عَبوقٌ ( minum diwaktu akhir hari ), dan lafadz القِيلُ ( minum diwaktu siang hari ) tetap masuk dalam pengertian kalimah isim, karena walaupun lafadz-lafadz tersebut menunjukan makna dan disertai zaman, namun zaman yang menyertainya itu bersifat mutlaq,tidak diketahui apakah itu zaman madli,zaman hal,atau zaman istiqbal. Pada defenisi lain disebutkan bahwa الاسم هو كلمة دلت على معنى في نفسها ولم تقترن بزمان وضعا Kalimat (kata) yang menunjukkan makna sendiri dan tidak bersamaan dengan zaman. Dengan kata lain, isim adalah kata benda). [1]
Contoh: زيد (Zaid (nama orang).
كتاب (kitab atau buku).
انا (saya atau aku).
نحن (kita atau kami).
C. Tanda-Tanda Isim
Isim dapat diketahui melalui isnad ilaih, melalui khafadh (huruf ahirnya di-jar-kan dan tanwin, juga dengan kemasukan alif-lam dan huruf khafadh (jar).[2] Isim dapat diketahui dengan tanda-tandanya; yaitu:
1. Huruf akhirnya sering di-jar-kan, contoh: بسم الله الرحمن الرحيم (dengan menyebut nama Allah yang maha pemurah lagi maha penyayang).
2. Kemasukan tanwin, contoh: زيد قائم (zaid adalah orang yang berdiri).
3. Kemasukan alif-lam, contoh: القران (Al-qu'an).
4. Kemasukan huruf jar, contoh:
a. Min, seperti lafazh سرت من المصر الى المكة (saya telah berjalan dari Mesir ke Mekah).
b. Ilaa, seperti lafazh الى المكة (ke Mekah).
c. ‘An, seperti lafazh سألت عن محمد (saya telah menanyakan tentang Muhammad).
d. ‘Alaa, seperti lafazh ركبت على الفرس (saya telah menunggang kuda).
e. Fii, seperti lafazhالماءك فى الكوز (air itu berada dalam kendi).
f. Rubba, seperti lafazh رب رجل صالح فى المسجد (banyak sekali atau sedikit sekali lelaki shaleh di dalam masjid).
g. Ba', seperti lafazh كتب بالقلم (saya telah menulis dengan pena).
h. Kaf, seperti lafazh زيد كالبدر (zaid itu bagaikan bulan purnama).
i. Lam, seperti lafazh المال لزيد (harta milik zaid).
j. Huruf qasam atau sumpah, seperti lafazh والله بالله تالله(demi Allah).[3]
D. Macam-Macam Isim
Ditinjau dari jumlahnya, isim dibagi menjadi 3 (tiga); yaitu:[4]
1. Isim Mufrad.
ما ليس مثنى ولامجموعا ولاملحاقا بهما ولا من الأسماء الخمسة
Isim yang bukan dua, jamak, tidak serupa antara keduanya dan bukan dari isim yang lima). Contoh: القران (Al-qu'an).
2. Isim Tatsniyah.
ما دل على اثنين بالف ونون في أخره في حالة الرفع وياء ونون في حلتي النصب والجر
Lafazh yang menunjukkan tatsniyah dengan menambah alif dan nun di ahirnya dalam keadaan rafa’ dan menambah ya’ dan nun di ahirnya dalam keadaan nasab dan khafadh/jar. Contoh: مسلمان (dua orang Islam laki-laki).
3. Jamak. Isim Jamak itu dibagi menjadi 3 (tiga); yaitu:
a. Jamak taksir.
ما تغيرعن بناء مفرده
Isim yang berubah dari bentuk mufratnya. Contoh: أقلام (beberapa pena).
b. Jamak mudzakkar salim.
اللفظ الدل على الجمعية بواو ونون فى أخره في حالة الرفع وياء ونون في حلتي النصب والجر
Lafazh yang menunjukkan jamak dengan menambah wau dan nun di ahirnya dalam keadaan rafa’ dan menambah ya’ dan nun di ahirnya dalam keadaan nasab dan khafadh/jar. Contoh: مسلمون (beberapa orang Islam laki-laki).
c. Jamak Muannats salim.
ما جمع بالف وتاء مزدتين
Isim yang dijamakkandengan menambah alif dan ta’. Contoh: مسلمات (beberapa orang Islam perempuan).
Isim jika ditinjau dari segi kejelasannya(umum khusus), isim dibagi menjadi 2 (dua); yaitu:
1. Isim nakirah.
كل إسم شائع في جنسه لايختص به واحد ذون أخر
Setiap isim yang jenisnya bersifat umum, tidak ditentukan kepada sesuatu perkara dan tidak juga kepada lainnya. (Setiap isim yang layak dimasuki alif dan lam).
Contoh: رجل ,فرس ,كتاب (kitab, kuda, laki-laki).
2. Isim ma’rifat.
ما دل على معين
Lafadz yang menunjukkan benda tertentu. Contoh: الرجل ,الفرس ,الكتاب (kitab itu, kuda itu, laki-laki itu). Isim ma’rifat dibagi menjadi enam macam; yaitu:
a. Isim mudhmar, seperti lafazh أنا, أنت (kamu, saya).
b. Isim ‘alam (nama), seperti lafazh مكة (mekah).
c. Isim isyarah, seperti lafazh هذا (ini).
d. Isim maushul, seperti lafazh الذي(yang).
e. Isim yang di-ma’rifat-kan dengan adatut ta’rif yaitu alif-lam, seperti lafazh: الغلام (pelayan).
f. Isim yang di-idhafat-kan kepada salah satu di antara kelima isim ma’rifat tersebut, seperti lafazh كتاب اللغة العربية (kitab bahasa arab).
Ditinjau dari segi perubahannya, isim dibagi menjadi 2 (dua); yaitu:[5]
1. Isim mu’rab.
ما تغير أخره بسبب العوامل الداخلة عليه إما لفظا وإما تقديرا
Isim yang sering mengalami perubahan pada bagian akhirnya karena perbedaan amil yang memasukinya; adakalanya mengalami perubahan secara lafazh dan adakalanya mengalami perubahan secara perkiraan (taqdiri).
Contoh: زيد (zaid).
Contoh: الفتى (pemuda).
2. Isim mabni.
ما لايتخير أخره بسبب العوامل الداخلة عليه
Isim yang tidak mengalami perubahan pada bagian akhirnya sekalipun karena amil yang memasukinya berbeda.
Contoh isim-isim tersebut ialah sebagai berikut:
a. Isim dhamir.
1) Muttashil, seperti lafazh له, لك, لنا.
2) Munfashil, seperti lafazh هو, انت, أنا.
b. Isim syarath, seperti lafazh متى, ما, من.
c. Isim istifham, seperti lafazh أين, كيف, كم, هل.
d. Isim isayarah, seperti lafazh هذه, هذا.
e. Isim fi’il, seperti lafazh صه, هيهل.
f. Isim maushul, seperti lafazh التي, الذي.
Adapun macam-macam isim yang di-mabni-kan ada 4 (empat); yaitu:
a. Di-mabni-kan atas harakat sukun, seperti lafazh كم.
b. Di-mabni-kan atas harakat fathah, seperti lafazh أين.
c. Di-mabni-kan atas harakat kasrah, seperti lafazh أمس.
d. Di-mabni-kan atas harakat dhammah, seperti lafazh حيث.
Sedangkan yang asli dalam kitab Mutammimah, isim mabni itu hendaknya di-mabni-kan atas harakat sukun.
Ditinjau dari segi penyusunannya (tarkib), isim dibagi menjadi 2 (dua); yaitu:[6]
a. Isim musytaq(isim yang diambil dari proses tashrif/bisa di-tashrif).Contoh: ناصر (orang yang menolong).
b. Isim jamid(isim yang tidak bisa di-tashrif). Contoh: مكة (mekah).
Ditinjau dari segi kesehatannya, isim dibagi menjadi 2 (dua); yaitu:[7]
1. Isim munsharif (menerima tanwin). Contoh: زيد (zaid).
2. Isim ghairu munsharif (tidak menerima tanwin).Contoh: أحمد (ahmad).
Ditinjau dari segi jenisnya, isim dibagi menjadi 2 (dua); yaitu:
1. Isim Mudzakkar.
Adapun isim mudzakkar ada 2 (dua) macam; yaitu:
a. Mudzakkar haqiqi. Isim yang berasal dari kelompok makhluqhidup yang berjenis laki-laki. Contoh: أب(bapak).رجل (seorang laki-laki).
b. Mudzakkar majazi (kiasan). Isim yang berasal dari kelompok benda mati yang dianggap mudzakkar berdasarkan kesepakatan orang arab. Contoh: كتاب (kitab).
2. Isim Muannats.
Adapun isim muannats ada 4 (empat) macam; yaitu:
a. Muannats lafzhi. Isim yang secara lafazh adalah muannats, namun maknanya terkadang menunjukkan mudzakkar.
Contoh: فطيمة (fatimah).
معاوية (mu’awiyah).
b. Muannats ma’nawi. Isim yang secara makna adalah muannats meskipun secara lafazh bukan muannats.
Contoh: أم (ibu).
حائض (orang haid).
c. Muannats haqiqi.Isim yang secara lafazh dan makna adalah muannats.
Contoh: مرأة (seorang wanita).
d. Muannats majazi(kiasan). Isim yang dianggap muannats berdasarkan kesepakatan orang arab; yaitu:
1) Ta’ marbutoh. Contoh: مدرسة (madrasah).
2) Alif maqshuroh. Contoh: حلوى (manisan).
3) Alif mamdudah. Contoh: حمراء (merah).
4) Anggota badan yang berpasang-pasangan. Contoh: ياد (tangan).
5) Isim yang jumlahnya lebih dari dua. Contoh: أقلام (beberapa pena).
6) Benda langit. Contoh: شمس (matahari).
7) Isim yang tidak bisa dihitung. Contoh: ماء (air).
Ditinjau dari segi perubahan ahir kalimatnya (i’rab), isim dibagi menjadi 3 (tiga); yaitu:[8]
1. Dibaca rafa’.
Isim-isim yang dibaca rafa’ ada tujuh macam; yaitu:
a. Fail.
الاسم المرفوع المذكورقبله فعله
Isim yang dibaca rafa’yang terletak sesudah fi’il.
Contoh: جاء زيد (zaid telah datang).
b. Naibul fa’il.
الاسم المرفوع الذي لم يذكرفاعله
Maf’ul yang tidak disebutkan fa’ilnya.
Contoh: قرأ القرأن (Al-qu'an itu telah dibaca).
c. Mubtada’.
الاسم المرفوع العار عن العوامل اللفظية
Isim yang dibaca rafa’ yang sepi dari amil lafazh
Contoh: زيد قائم (zaid adalah orang yang berdiri).
d. Khabar.
الاسم المرفوع المسند إليه
Contoh: زيد قائم (zaid adalah orang yang berdiri).
e. Isim kaana dan saudara-saudaranya. Contoh: كان زيد قائما (zaid adalah orang yang berdiri).
f. Khabar inna dan saudara-saudaranya.
Contoh: إن زيدا قائم(apabila berdiri zaid).
g. Isim yang mengikuti ke-rafa’-an isim lain.
1) Na’at.
النعت تابع للمنغوت في رفعه ونصبه وخفضه وتعريفه وتنكيره
Na’at adalah lafazh yang mengikuti kepada ma’na lafazh yang diikutinya, baik dalam hal rafa’, nashab, khafadh (jar), ma’rifat nakirahnya.[9]
Contoh: جاء زيد العاقل (zaid yang berakal telah datang).
2) ‘Athaf.
التابع المتوسط بينه وبين متبوعه أحد حروف العطف
Tabi’ (yang mengikuti) yang antara ia dengan matbu’nya ditengah-tengahi oleh huruf athaf.
Contoh: جاء زيد وعمرو (telah datang zaid dan amr).
3) Taukid.
التابع الرافع للاحتمال
Tabi’ (yang mengikuti) yang berfungsi untuk melenyapkan anggapan lain yang berkaitan dengan lafazh yang ditaukid-kan.
Contoh: جاء زيد نفسه (zaid telah datang sendiri).
4) Badal.
التابع المقصود بالحكم بلا واسطة بينه وبين متبوعه
Tabi’ (yang mengikuti) yang dimaksud dengan hukum tanpa memakai pelantara ia dengan matbu’nya.
Contoh: جاء زيد غلامه (zai telah datang pelayannya).
2. Dibaca nashab.
Isim-isim yang dibaca nasab ada 15 (lima belas) macam; yaitu:
a. Maf’ul bihi.
هوالاسم المنصوب الذي يقع به الفعل
Isim yang dibaca nashab yang menjadi sasaran perbuatan (objek).
Contoh: ضربت زيدا (saya telah memukul zaid).
b. Mashdar.
هوالاسم المنصوب الذي يجيئ ثالثا في تصريف الفعل
Isim yang di baca nashab yang jatuh pada urutan ketiga dalam tashrifan fi’il.
ضرب يضرب ضربا
c. Zharaf zaman.
هوالاسم الزمان المنصوب بتقدير في
Isim zaman (waktu) yang dibaca nashab dengan memperkirakan ma’na fii.
Contoh: يوم (hari ini).
d. Zharaf makaan.
هوالاسم المكان المنصوب بتقدير في
Isim makaan (tempat) yang dibaca nashab dengan memperkirakan ma’na fii.
Contoh: أمام (di depan).
e. Hal.
هوالاسم المنصوب المفسر لما إنبهم من الهيئات
Isim yang dibaca nashab yang memberikan keterangan keadaan yang samar.
Contoh: جاء زيد راكبا (zaid telah datang dengan berkendaraan).
f. Tamyiz.
هوالاسم المفسر لما إنبهم من الذوات
Isim yang dibaca nashab yang berfungsi menjelaskan dzat yang samar.
Contoh: إشتريت عشرين غلاما (saya telah membeli dua puluh pelayan atau budak).
g. Istitsna’.
الاسم الواقع بعد إلا أو إحدى أخواتها
Isim yang terletak sesudah illaa atau salah satu saudara-saudaranya.
Contoh: جاء القوم إلا زيدا (kaum itu telah datang kecuali zaid).
E. Kesimpulan
Kalimat (kata) yang menunjukkan makna sendiri dan tidak bersamaan dengan zaman. Isim dapat diketahui dengantanda-tandanya; yaitu:1. huruf akhirnya sering di-jar-kan. kemasukan tanwin. kemasukan alif-lam. dan kemasukan huruf jar.
Ditinjau dari jumlahnya, isim dibagi menjadi 3 (tiga); yaitu: Isim Mufrad. Isim Tatsniyah. dan Jamak. Ditinjau dari segi kejelasannya (umum khusus), isim dibagi menjadi 2 (dua); yaitu: Isim nakirah. dan Isim ma’rifat. Ditinjau dari segi perubahannya (i’rab), isim dibagi menjadi 2 (dua); yaitu: Isim mu’rab. Isim mabni.
Ditinjau dari segi penyusunannya (tarkib), isim dibagi menjadi 2 (dua); yaitu: Isim musytaq.dan Isim jamid. Ditinjau dari segi kesehatannya, isim dibagi menjadi 2 (dua); yaitu: Isim munsharifdan Isim ghairu munsharif. Ditinjau dari segi jenisnya, isim dibagi menjadi 2 (dua); yaitu: Isim Mudzakkar dan Isim Muannats.
DAFTAR PUSTAKA
Fuad Ni’mah, Mulkhos Qowaidul Lughotil Arobiyah, Surabaya : Al-Hidayah, tt.
Syeh Musythofa al-Gholaziini, Jami’ud Durus, Beirut: Al-Maktabah as-Riyah, 1998.
KH. Moch. Anwar, Ilmu Nahwu; Terjemahan Matan Al-Ajurumiyyah dan Imrithy.Bandung: Sinar Baru Algensido 1995.
Syekh Syamsuddin Muhammad Araa’ini, Ilmu Nahwu; Terjemahan Mutammimah Al-Ajurumiyyah. Bandung: Sinar Baru Algensido 2002.
[1]KH. Moch. Anwar, Ilmu Nahwu; Terjemahan Matan Al-Ajurumiyyah dan Imrithy. (Bandung: Sinar Baru Algensido 1995), hlm. 4.
[2]Syekh Syamsuddin Muhammad Araa’ini, Ilmu Nahwu; Terjemahan Mutammimah Al-Ajurumiyyah. (Bandung: Sinar Baru Algensido 2002). hlm. 5
[3]KH. Moch. Anwar, Op.Cit., hlm. 6
[4]Ibid, hlm. 18-24
[5]Syekh Syamsuddin Muhammad Araa’ini, Op.Cit., hlm. 76-77
[6]Fuad Ni’mah, Mulkhos Qowaidul Lughotil Arobiyah, (Surabaya : Al-Hidayah, tt), hlm. 38.
[7] Syeh Musythofa al-Gholaziini, Jami’ud Durus, (Beirut: Al-Maktabah as-Riyah, 1998), hlm. 178.
[8]Ibid, hlm,. 78.
[9]KH. Moch. Anwar, Op.Cit., hlm. 69-158.
0 komentar: